Pelayar samudra aksara,

Liangan: Mozaik Peradaban Mataram Kuno Di Lereng Sindoro


Judul buku          : Liangan, Mozaik Peradaban Mataram Kuno di Lereng Sindoro
Penulis                 : Tim Peduli Situs Liangan
Penerbit              : Kepel Press
Halaman              : 357 Halaman

Kabut benar-benar enggan bergeming dan masih saja bertingkah, padahal gerimis sudah malas menjenguk dusun, padahal angin sudah lelah bertingkah liar; hanya karena kewajiban sebagai warga dusun saja angin sesekali teringat harus menyapu batur, atau sekedar menyapa jalan batu, atau iseng menggoda talud yang kokoh namun menderita karena tugasnya, dan anginpun tak pernah lupa bercerita tentang apapun di dusunnya, dengan sangat dingin.  Itu adalah penggambaran yang diberikan oleh Sugeng Riyanto tentang lingkungan di Situs Liangan.

Buku ini merupakan kumpulan karya ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti. Terdapat 11 judul, masing-masing judul melaporkan hasil penemuan berdasarkan pada keahlian yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisi tulisan yang memberikan gambaran mengenai Liangan secara umum. Dari mulai letak geografis dan runtutan penemuan. Situs Liangan Merupakan pemukiman Mataram Kuno pada tahun 9-10 masehi. Situs ini terletak di dusun Liangan, desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Terletak pada ketinggian 1200 mdpl. Dalam situs ini ditemukan empat area: hunian,peribadatan hindu, pertanian, dan perbengkelan. Pemukiman mataram kuno ini tertutup material vulkanik setinggi 6-10 meter. Penemuan situs ini diawali oleh penemuan lempeng batu dengan tatanan konstruksi mirip tembok di rumah warga. Batu tersebut ditemukan di antara dapur dan kandang kambing. Setelah penemuan di rumah warga,penambang di Liangan menemukan situs yang lainnya. Beberapa yang ditemukan antara lain: talud batu, batu candi, dan fragmen artefak. Awalnya tempat tersebut diduga merupakan candi, tetapi setelah penelitian dilakukan disimpulkan bahwa tempat tersebut merupakan sebuahsitus pemukiman.

 Bagian kedua lebih membahas mengenai situs-situs yang ditemukan beserta kesimpulan analisis dari penemuan situs tersebut. Mulai dari Prasasti Rukam yang berada di daerah Parakan (lereng gunung Sumbing); dari sini peneliti mendapat berita bahwa pada jaman dahulu ada sebuha desa yang hilang karena terjadi ledakan sebuah gunung. Lalu mengenai penemuan keramik, kerangka manusia, dan butir gabah. Keramik yang ditemukan merupakan keramik dari Cina pada masa dinasti Tang. Dari sini dapat di analisis bahwa, pemukiman kuno ini ada pada tahun 9 – 10 masehi. Kerangka manusia yang ditemukan merupakan kerangka seorang wanita yang berusia 18-22 tahun.
Bagian ketiga , buku ini memberikan beberapa pandangan mengani Situs Liangan di masa depan. Mengenai peran pemerintah daerah, warga di sekitar Liangan, dan aktivitas pengunjung. Ada dua alternatif yang ditawarkan dalam mengelola situs ini, yaitu sebagai arkeowisata dan taman konservasi terpadu. Arkeowisata ini terutama ditujukan untuk pelajar / mahasiswa. Taman konservasi terpadu Liangan didasari dengan kondisi di sekitar situs. Terpadu disini maksudnya memadukan antara Lingkungan Cagar budaya (Liangan), lingkungan budaya masyarakat,dan konservasi alam. Posisi Liangan yang berdekatan dengan wisata alam Jumprit yang merupakan hulu dari kali progo, kondisi rumah menuju situs yang memberikan nilai eksotis tersendiri, dan situslain yang ada di sekitar Liangan (prasasti rukam, Gondosuli, Candi Pringapus dan sebagainya). Selain itu posisi Liangan yang tepat di punggung gunung Sindoro menjanjikan pemandangan alam yang menggoda. Salah satu masukan dari buku ini adalah disediakannya papan informasi di sekitar situs, sehingga saat peneliti sedang tidak ada di sekitar situs, pengunjung tetap mendapatkan informasi mengenai Liangan.

Buku ini cukup informatif, memberikan informasi yang detail tentang situs Liangan. Gambar-gambar yang terdapat dalam buku ini memberikan informasi mengenai bentuk, sehingga imajinasi dari penggambaran situs menjadi lebih jelas. Sangat cocok dijadikan refrensi bagi akademisi yang sedang melakukan penelitian mengenai Liangan. Selain akademisi, buku ini juga membantu pihak pemerintah dalam mengelola Liangan. Adapun kekurangan dalam buku ini adalah terdapat beberapa kesalahan pengetikan dan pengulangan halaman. Misalnya, halaman 355 dicetak dua kali. Diperlukan ketelitian dalam pengeditan buku ini. Akan lebih menarik  jika ada buku dengan gaya bahasa yang lebih renyah sehingga masyarakat awam dapat memahami seluk beluk tentang Situs Liangan. Semacam buku panduan untuk pengunjung.

*maatih mb Dani bukunya, baru selesai tak baca he…

0 comments:

Posting Komentar

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.