"Aku bukan siapa-siapa tapi aku ada di hati siapa saja". Yang merasa alumni Unnes pasti masih inget pake banget siapa yang sering mengeluarkan kata-kata ini. Yuhuuu, bu Dyah Rahmawati ga pake Sukarno Putri hi... Dengan gaya khasnya, selalu hadir dengan kata-kata merasuk ke dalam jiwa, dan pas banget menohok hati. Pembawaan yang santai tapi tetap memberikan siraman ruhani kepada pendengarnya. Penuh tawa dan tetap dengan kesejukannya. Dari sejak pertama bertemu beliau (kayaknya pas dulu silaturahim ke rumahnya) sampai sekarang sama... apalagi warna baju dan jilbabnya #ups
Alhamdulillah kemarin masih dipertemukan dengan beliau, mendengarkan nasihat dari beliau. Di awal pertemuan beliau menyampaikan tentang manfaat memperbanyak silaturahim. Di catetanku ada tiga, ga tau kalau mb Reny apa mb Novi yang penting mb Ika ga nyatet #eh. Pertama, silaturahim itu akan memanjangkan waktu yang kita punya. Tetap 24 jam sih... hanya saja kalau kita banyak bersilaturahim itu akan banyak waktu yang dapat kita manfaatkan dengan baik. Kedua, rejeki yang tidak diduga. Bisa berupa barang, tender atau apalah. Ketiga, hikmah. Setiap orang yang kita jumpai pastilah memiliki kisah hidup yang berbeda dan keseharian yang tak sama. Di antara perbedaan itulah lautan hikmah dapat kita ambil.
Setelah menyampaikan panjang kali lebar silaturahim, ternyata itu baru pembuka saudara-saudara, sampa pada intinya beliau memberikan materi yang diberi judul, "Agar Amal Tak Terhenti". Jangan berhenti beramal, karena perhitungan itu ada di akhir. Kita semua pastilah berharap hasil akhir dari hidup kita adalah akhir terbaik. Terdapat tiga hal yang perlu dilakukan agar amal tidak terhenti.
1. Menyadari bahwa kesempatan dari Allah tidak akan terulang
Disini kita diajak memahami setiap kesempatan yang diberikan oleh Allah, dan kesempatan itu tidak akan terulang kembali. Setiap kita berbuat karena tau bahwa itu adalah kesempatan. Memetik kalimat dari sahabat Ali, barangsiapa merindukan surga dia akan bersegera melakukan kebaikan. Jadi, orang yang menunda berbuat baik adalah orang yang tidak merindukan surga. Pada tahap ini seharusnya kita mulai memperhatikan bukan hanya kualitas tetpai juga kapasitas diri kita. Seseorang yang mampu menyempurnakan bagian/amal tandanya telah memiliki karakter taat. Pada bab ini, Bu Dyah menyampaikan karakter wanita yang akan membawa berkah. (a) Bermuka berseri saat di rumah; bermuka manis dihadapan semua orang tap bermuka masam saat memasuki pintu rumah bukanlah karakter wanita pembawa berkah. (b) Berbicara yang baik. Setiap kalimat baik yang keluar dari mulut kita akan dipinjam oleh Allah untuk masuk ke hati orang lain. Apabila kita telah menyempurnakan kewajiban, Allah akan memadui kata-kata kita sehingga semua orang akan menyukainya. Ingat satu hal, lapang dada adalah syarat minimal diterimanya kebaikan kita kepada Allah.
2. Amal yang Stabil dan Dinamis
Orang yang baik akan memiliki banyak pekerjaan, satu catatan penting yang perlu di tebali, garis bawah, dan dimiringkan bahwa tidak ada kebarokahan untuk pengangguran. Teruslah berbuat, perlu diketahui balasan akan diberikan kepada orang yang berbuat sesuai tingkat kesulitannya. Kayak meme di BBM, untuk mendapatkan surga itu tidak mudah...kalau mudah hadiahnya cukup kipas angin, rantang, sandal jepit, krupuk.
3. Mewariskan Kebaikan Kepada Generasi dan lingkungan
Tentunya kita tidak ingin kebaikan itu akan berhenti hanya sampai pada kita saja. Sehebat apapun orang tidak akan banyak tercatat dalam sejarah jika dia tak mampu mewariskan kepada generasi setelahnya. Adalah tanggung jawab peradaban untuk memberikan apa yang kita miliki kepada generasi selanjutnya dan membantu mereka menjadi lebih baik daripada kita.
Yes, itu tadi ringkasan di buku aye,,, sekedar nurutin orang yang kagak nyatet (inisialnya Ika Puspitasari, Asli Bantul yang tinggal di Kedu). Ada beberapa bagian yang aye tambah. Well, semoga kita senantiasa menyempurnakan amal dan tetap menjaga silaturahim. Masih banyak hal yang beliau sampaikan, tetapi hanya ini yang bisa saya tuliskan. Selanjutnya mari berlomba memperbagus amalan. Sampai berjumpa di Surga yang telah dijanjikan, wahai orang yang sedang berada di jalan cinta para pejuang. Satu sempurna, walau bergantung mempengaruhi. Instania