Begitu nama yang akhirnya kusematkan padamu, putri kecilku. Setelah banyak drama kita lalui saat kau masih dalam rahim ibu, akhirnya 2 Desember 2017 pukul 18.48 kau lahir ke dunia melalui jendela, kata orang. Yups, akhirnya kau keluar juga di atas meja operasi setelah sayatan pisau bedah membuka perut ibumu ini.
Kukira cuma saat di dalam perut akan banyak drama, menjelang kelahiranmu pun masih menyisakan drama hahaha. Dari HPL kau mundur 1 pekan. 3 hari setelah HPL, ibu dan ayah pergi ke bidan... Susaptarti. Setelah di cek posisi sudah bagus, untuk merangsang kontraksi ibu diminta menyapu halaman setiap pagi (sebenarnya sejak minggu ke 32 udah di suruh, tapi.... ). Walhasil,setelah ibu menyapu halaman rumah yang lebih mirip lapangan bola voly itu ibu kecapean, hari berikutnya ga ngapa-ngapain soalnya capek 😂.
Terusss h+5 dari HPL ibu dan ayah ke dokter Hendro. Hasilnya...jreng-jreng...posisimu sudah bagus sudah dipintu, tapiiii kau tak tengkurap melainkan muka di atas. Konon kalau misal lahir normal akan membutuhkan waktu lebih lama. Iseng ku tanya, apakah yang harus kulakukan agar posisimu bisa berubah? Dan ternyataaaa nggak ada 😅. Ya sudahlaaah mungkin kamu memang akan lahir lebih lama.
Di meja beliau, dr. Hendro berkata, kalau sampai hari jum'at tidak merasakan apa-apa berarti siap-siap sabtu pagi pergi ke PKU untuk melakukan SC atau induksi. Disana ibu dan ayah ditawari untuk memilih sc atau induksi. Kau tau? Ayahmu ngeblank seketika...dan aku, ibumu masih mencoba biasa aja. Konsekuensi induksi, jika gagal bukaan ibu tetal di sc dan konon janin bisa stres, dengan sok alim ibu jawab tak istikharah dulu ya dok...tapi sepertinya mending sc, ya?
Di mobil ayahmu menangis, katanya terharu melihat kamu di layar usg. Haiih, emang tuh bapak-bapak gampang banget terharu. Untung ga seneng nonton sinetron indosiar itu...
Hari jum'at, kita deg-degan sekeluarga... Ibu tak merasakan apa-apa kecuali sakit perut yang memang sudah ibu rasakan sejak lama. Dan itu bukan kontraksi. Maghrib, pakaian ibu, administrasi, dan pakaianmu sudah siap di tas. Sabtu, jam setengah 7 pagi rencananya mau pergi ke PKU. Eh...jam setengah 10 malam saat ibu mau sholat isya' (habis maghrib ketiduran hihihi) air ketuban pecah. Awalnya ibu bingung itu air ketuban apa pipis. Tapi kalau air kencing kok giti banget,,, agak lengket gitu. Setelah ayahmu konsultasi dengan bulik wulan, akhirnya ibu bilang ke mbah putri kalau ketuban pecah. Langsung deh, geger terjadi. Mereka yang liat khawatir, ibu masih cengar cengir. Soalnya ga kerasa apa-apa...
Fiks jam setengah 11 malam mendarat di UGD PKU Muhammadiyah Temanggung. Setelah ditanya-tanya, akhirnya ibu dikasih alat yang berisik banget. Ternyata itu adalah alat untuk mengukur denyut jantung bayi. Kata petugas piket, kalau ada gerakan diminya mencet gitu. Sesi pertama ibu hanya merasakan satu gerakan. Petugas piket mulai khawatir dan ibu tidak paham apa yang dikhawatirkan.
Alat itu bekerja selama 20 menit.Okay, 20 menit pertama di anggap gagal. Basic ibu diminta membangunkan mu dengan suara di HP...dan gagal. Perut di guncang-guncang...horrraaay ada 3 gerakan. Owalah, nduk... iya itu jam tidurmu, tapi plis deh bangun. Dengan wajah setengah aneh aku bertanya, "Nanti diulangi lagi? ". Kalau di ulangi lagi kan berarti, aku di ruang UGD selama 1 jam....
Kau tau? Bagaimana wajah ayah dan nenekmu? Memprihatinkan dan penuh ke khawatiran. Untuuung mereka ga tau kalau petugas telp dr. Hendro bahwa detak jantungmu lemah.
Setelah 40an menit di UGD ibu dibawa ke ruang bersalin. Dari jam 12 malam sampai jam 9 pagi cuma bukaan 2. Si bapak udah gak sabar dengan penantian buat liat kamuh, minta segera di sc. Wkwkwkwk...
Jam demi jam terlewati tanpa sesuap nasi dan setetes air masuk ke perut. Para penunggu sudah datang silih berganti, ayah,nenek, mbah minah, mbah yayuk, bulik ratna, bulik wulan, bulik pita hingga jam 15.00 masih tetap bukaan 2. Akhirnya, baju operasi pun membalut tubuh ibu. Tapiii masih dalam antrian, nunggu sampai selesai operasi 4 orang dulu. Tau ga, awalnya mau diduluin ama orang gegara bidan yang jaga salah baca tulisan. Naik pitamlah si nenek karena antrian anknya mau diserobot.
Jam 15.00 ganti, jam 17.00 dibawa ke ruang operasi diiringi tetesan air mata orang yang menunggui. Kata bulik Ratna, "baca al ma'tsurat, mb". Ya ampuuun aku terharu dengan pesanmu, adikku sungguh.
Udah masuk ruang pertama ditunggui sama ayah. Eh...hampir digledhek ada ibu-ibu yang udah bukaan 10 dan belum keluar. Ya udah dehhh, beliau didahulukan. Rasanya udah ga nyaman gituu. Emosi-emosian ama ayah, dengan kesabaran berlipat ganda sang ayah bin suami ibu mencoba menenangkan. Awalnya si bapak mau ikutan masuk ruang operasi, tapi ga jadi. Hahaha.... Ya iyalah mana tega dia loat Ibu di bedah-bedah.
Maghrib masuk ruang operasi dan diberi anestesi. Beberapa dokter yang belum sholat maghrib pada sholat dulu. Setelah itu...tepat jam 18 lebih berapa yaaa, 18.10 kayaknya operasipun dimulai. 18.48 terdengar tangisan pertamamu dan aku belum sempat melihatmu. Alat semacam jemuran baju menghalangi pandangan. Lamat-lamat terdengar, "Ga cuna mlumah, agak miring juga ternyata".Jilbab yang udah aneh bentuknya juga bikin ga liat, meski udah didekatkan.
Perempuan...berat dalam perdebatan. Ada yang bilang 3.7 ada yang bilang 3.6,,, ternyata 3.69 😂. Si dr. Hendro berkata, "besar to bu bayinya?", meringis lemah kujawab, "iya hehehe". Gegara bayi besar, ibu disuruh diet pas hamil...dan gagal. Malah ayahmu yang baik hati itu bilang sama ibu, "Biar aku ajaa yang diet... " Hellooow ngaruhnya ke janin jadinya apa cobaaa. Gegara bayi besar pula, kudu cek kadar gula ke prodia. Alhamdulillah, semua baik-baik saja.
Tau kau rasanya setelah kau lahir apa yang aku rasakan? LAPAR! Gila aja, dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore ga makan...daaan makannya baru jam 6 pagi lagi. Tapi ibu bahagia, terharu gimana gituuu, yang pasti lega sih. Di luar, pas dokter memanggil suami Nyonya Reni, yang maju serombongan 😂. Maklum cicit pertama, cucu pertama dan keponakan pertama.
Kau tau Tabina? Banyak orang yang menyayangimu. Terutama ayah dan ibumu. Selanjutnya, drama dalam panggung sandiwara ini akan kita lanjutkan, hingga kami menua dan engkau mendewasa.