Disusun dalam rangka mengerjakan tugas Bu Nyai Caruban 😇
Disusun dalam rangka mengerjakan tugas Bu Nyai Caruban 😇
Uqbah Bin Amr r.a berkata, Rasulullah bersabda: Tahukah kamu, ayat-ayat yang diturunkan tadi malam, yang tidak ada ayat-ayat yang setara dengannya? Yaitu Qul a'uudzu birobbil falaq dan qul a'uudzu birabbinnas. (HR Malik, Muslim, Tiemidzi, Abu Dawud, dan An Nasa'i)
Surat Al Falaq dan An Nas merupakan surat muawidztain atau surat istimewa. Surat ini merupakan surat perlindungan, sebuah surat yang mengajak pembacanya menuju arena yang dilindungi. Ibnul Qayyim dalam tafsirnya bahkan menggambarkan dalam surat ini seolah-olah Allah sedang membuka pintu perlindunganNya dan membentangkan naunganNya untuk mereka. Allah memberikan benteng perlindungan dan meminta manusia untuk masuk agar merasa tenang di dalamnnya. Allah sangat tahu jika manusia itu lemah maka membutuhkan tempat yang tenang, aman, dan menjamin keselamatan dari ancaman musuh-musuhnya.
Berikut adalah beberapa insight yang didapatkan setelah membaca tafsir Al Falaq
Sebagaimana dalam ayat pertama,
قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِۙ
Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar)
Kita harus memohon perlindungan kepada Tuhan yang menguasai subuh. Tetapi jika kita juga melihat arti "falaq" sebagai makhluk berarti kita sedang berlindung kepada tuhan yang menguasai seluruh makhluk. Dan ini akan sangat relevan dengan ayat selanjutnya yang memohon perlindungan dari kejahatan makhluknya.
Tidak ada yang dapat melindungi kita sesempurna Allah. Rasulullah selalu membaca surat ini dan surat An Nas sebelum tidur. Aisyah ra. menceritakan jika Nabi Muhammad akan mengumpulkan kedua tangan kemudian meniupnya dan membacakan surat Al Falaq dan An Nas setelah itu mengusapkan keseluruh badan beliau. Dan Rasulullah mengulanginya sebanyak 3 kali.
Pada ayat kedua sampai dengan keempat, manusia meminta perlindungan itu pada empat perkara yaitu: kejahatan makhlukNya, kejahatan di waktu malam, kejahatan sihir, dan rasa dengki orang lain.
مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَۙ
dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,
1. Kejahtan Makhluk-Nya
Kejahatan secara mutlak dan global. Dari kejahatan makhluk yang tampak maupun tidak tampak. Kita sedang memohon agar Allah melindungi kita dari segala kejelekan yang dapat ditimbulkan dari perbuatan makhlukNya. Secara eksplisit kita sedang meminta agar Allah memberikan kebaikan kepada kita.
وَمِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
2. Kejahatan Malam
Secara bahasa Al Ghasiq artinya yang tumpah dan yang mengalir deras, sedangkan Al Waqab berarti galian di gunung yang mengalirkan air. Ini seperti saat malam telah tumpah dan menggenangi daratan. Suasanya mencekam dan menakutkan. Di saat gelap malam dan pekat rangat rentan muncul sesuatu baik yang nyata maupun tersembunyi. Saat itu binatang buas keluar untuk mencari mangsa, binatang melata keluar dari persembunyiannya, mata-mata keluar untuk mengintai dan mencari kelemahan, seseorang yang bersembunyi dan siap untuk membunuh, rasa was-was yang dibuat setan. Kesedihan-kesedihan yang menyiksa perasaan terkadang juga akan datang diwaktu ini. Pikiran-pikiran negatif kita seringkali memang hadir saat malam sunyi.
وَمِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الۡعُقَدِۙ
dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
3. Kejahatan Wanita Penyihir
An Naffasti fil 'uqad adalah wanita tukang sihir yang berusaha mengganggu dan menyakiti dengan jalan menipu syaraf, indra, dan meberikan kesan pada jiwa serta perasaaan. Saat kita melihat ada orang muntah paku dan lain-lain itu adalah bentuk dari penipuan dari tukang sihir atas indra dan syaraf kita. Rasa takut yang muncul karena hal-hal itu juga bagian dari cara kerja mereka. Semua itu hanyalah khayalan yang menipu indra kita.
Kisah Nabi Musa dengan para penyihir hebat Fir'aun adalah jawabannya. Pada saat para penyihir melemparkan tongkatnya kemudian menjadi ular, ternyata itu hanyalah bayangan saja. Bukan benar-benar menjadi ular. Bahkan digambarkan saat itu sebenarnya Nabi Musa juga merasa gentar ketika melihat ular-ular itu merayap. Namun, kemudian Allah memerintahkan Musa untuk melemparkan tongkatnya dan kemudian menjadi ular sungguhan, bukan lagi tipuan dan dapat memakan habis ular jadi-jadian para penyihir. Hal ini terdapat pada surat Taaha 66-69 yang artinya :
(Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan") maka mereka melemparkannya. (Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka) asal kata 'Ishiyyun adalah 'Ushuwwun, kemudian kedua huruf Wawu ditukar menjadi Ya, selanjutnya harakat huruf 'Ain dan Shad dikasrahkan, maka menjadi 'Ishiyyun (terbayang kepada Musa seakan-akan karena pengaruh sihir mereka ia) merupakan ular-ular (yang berjalan) atau merayap pada perutnya. (Maka timbullah perasaan) muncul perasaan (takut dalam hati Musa) dia merasa takut karena ternyata sihir mereka sejenis dengan mukjizatnya, sehingga akibatnya akan mengaburkan mana yang hak dan mana yang batil di mata orang banyak, yang nantinya mereka tidak mau beriman, disebabkan kejadian itu. (Kami berkata) kepada Musa, ("Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul) kamulah yang akan mengungguli mereka. (Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu) yakni tongkat (niscaya ia akan menelan) yakni akan melahap(apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir) ulah tukang sihir belaka. (Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang") dengan sihirnya itu. Lalu Nabi Musa melemparkan tongkatnya, maka tongkat Nabi Musa itu menjadi ular yang besar dan menelan semua apa yang diperbuat oleh para ahli sihir.
وَمِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki
4. Kejahatan orang yang dengki/hasad
Hasad adalah sikap jiwa terhadap kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain dan menginginkan agar nikmat itu hilang dari orang tersebut. Ayat ini juga dapat menjadi pelindung untuk kita terhindar dari penyakit ain. Sebuah penyakit yang disebabkan oleh rasa iri dan dengki.
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam." (QS Al-An'am: 162)
Hidup yang kitan jalani terkadang seperti sebuah pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air. Ada pembiasan di dalamnya. Biasnya tujuan hidup yang kita lakukan membuat kita semakin tak tentu arah. Tanpa sadar sudah melakukan banyak sekali tindakan yang membuat kita melebar dari tujuan awal penciptaan. Setelah dewasa dan dapat menggunakan akal dengan baik, tidak pernah sedikitpun bertanya kepada diri untuk apa kamu hidup? Sebuah pertanyaan yang seharusnya kita lontarkan saat pertama kali mencoba mencari jati diri. Agar visi dan mimpi hidup yang kita susun tidak bertentangan dengan visi Allah dalam menciptakan kita ke dunia ini.
Dalam surat Al An'am di atas sudah sangat jelas dan gamblang Allah menciptakan manusia agar dia senantiasa berorientasi kepada Allah. Bahwa dalam menjalankan kehidupan adalah dalam rangka untuk mendapatkan Allah. Bukan lainnya. Apa-apa yang ada di dunia ini bukanlah sebuah tujuan akan tetapi, sebuah sarana. Ya, sarana untuk kita sampai kepada Allah. Harta, ilmu, pekerjaan, karir, dan lain sebagainya adalah sarana untuk mendapatkan Allah. Sudah ada perjanjian bahwa seluruh hidup dan mati hanya untuk Allah.
Dari Zaid bin Tsabit RA, ia mendengar, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barang siapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR Ahmad).
Jangan pernah kamu gunakan hidupmu untuk dunia, jadikanlah dia sarana untuk mendapatkan akhiratmu. Jadikanlah dunia untuk mendapatkan Ridha Allah.
Ya, untuk apa kamu hidup? Untuk mendapatkan ridha Allah. Bagaimana jalan mendapatkan ridha Allah? Melalui rangkaian ibadah yang kita lakukan. Jadikan segala yang dilakukan bernilai ibadah. Jangan biarkan itu menjadi sesuatu yang sia-sia. Ibadah bukan hanya sekadar melakukan sholat, puasa, zakat, dan sedekah. Pekerjaan yang kamu lakukan, perkataan yang kamu lontarkan, tulisan yang kamu buat bisa bernilai ibadah. Mengejar impian yang kamu tetapkan juga bagian dari ibadah.
Untuk apa kamu hidup? Untuk menjalankan misi keTuhanan yang telah diberikan sejak awal Allah menciptakanmu. Menjadi pemakmur bumi, menjadi pemimpin bagi seluruh makhlukNya. Bukan untuk bermain atau bersenda gurau dengan teman. Allah telah melepaskamu ke dunia ini bukan tanpa apa-apa. Sudah dibekali akal untuk berfikir, raga untuk bergerak melakukan sesuatu, jiwa untuk selalu terhubung dengan kebaikan. Menjadilah manusia bermanfaat. Jika saat ini merasa tak memiliki apapun untuk diberikan kepada orang lain, masih merasa menjadi beban. Cobalah renungi, apakah Allah pilih kasih? Sampai kamu tidak diberikan apapun. DIA pasti memberikanmu sebuah keistimewaan. Tugasmu sekarang adalah mencari keistimewaan diri itu. Bukan hanya sekadar mengutuki diri, bersembunyi dari keramaian dan merasa rendah diri. Kamu akan menjadi pahlawan, kamu akan menjadi bintang. Teruslah berproses
Untuk apa kamu hidup? Untuk menjadi pemenang dalam riuh pertandingan manusia. Kamu adalah pengemban misi suci menebar kebaikan dan kebermafaatan bagi semesta. Mari bergegas, tetapkan jalan untuk mendapatkan Allah. Jalan apa yang akan kamu tempu agar bisa sampai kepada Allah.
Ingat, dunia dan segala pernak-perniknya ini adalah sarana. Jangan sekalipun terlena dengan dunia yang hanya sementara dan lupa dengan akhirat yang kekal lamanya. Durasi kita di dunia hanyalah sebentar.
Ingat ya, Gaes.. ini baru mengkaji satu paragraf dari buku beliau yang berisi tiga kalimat. Tapi dijamin kalian akan menemukan sesuatu yang sangat luar biasa. Sebagai informasi, kajian ini dilakukan oleh Isnan Hidayat, M.Psi founder petakhidupan.id dalam Ngaji Ki Hadjar yang diselenggarakan Yayasan Fi Ahsani Taqwim Temanggung.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara baru-baru ini memang sedang hits dikalangan pendidik. Pasalnya implementasi kurkulum Merdeka Belajar konon merupakan hasil dari pengkajian yang dilakukan terhadap pemikiran beliau. Hanya saja terkadang kita terjebak pada hasil pemikiran dan pengkajian orang lain yang di ambil secara parsial. Jarang sekali atau bahkan tidak pernah mencoba mencari tahu sebenarnya pokok pikiran dari sang tokoh seperti apa sih? Kita memang lebih suka menerima hal yang instan dan sudah jadi dengan tanpa peduli sebenarnya bahan olahan pemikiran ini seperti apa lalu kita kompletasikan apakah sesuai atau tida dengan pemikiran utamanya (berasa belibet gw).
Cukup bersyukur Allah memberikan kesempatan mengikuti kajian pemikiran ki Hadjar ini. Belajar langsung dari teksnya kemudian mencoba diterjemahkan kata per kata. Kalau disimpulkan dari kata Isnan sih, dengan mengkaji pemikiran beliau secara langsung akan membuktikan apakah termasuk para pendidik yang berkhianat kepada pemikiran Ki Hadjar Dewantara atau tidak?
Sebelum membahas mengenai pemikiran dari beliau, para peserta pada kajian tersebut diajak untuk terlebih dahulu mengenal siapa Ki Hadjar dengan fokus mengenal transformasi aktivitas yang beliau ambil. Pada mulanya Ki Hadjar Dewantara adalah seorang aktivis sosial. Beliau yang merupakan keturunan ningrat, pada jaman itu memiliki akses untuk sekolah. Akan tetapi, KI Hajdar muda merasa bahwa harus ada yang dilakukan untuk menyelesaikannya.
Setelah menjadi aktivis sosial, beliau merasa bahwa perlu melakukan advokasi secara politik kepada masyarakat. Maka pada periode ini banyak terlibat aktif dalam partai politik dan memberikan kritik tajam kepada pemerintahan Belanda. Hingga akhirnya diasingkan oleh Belanda karena ketajaman tulisannya dalam memberikan kritik. Sepulang dari tempat isolasi di Belanda, Ki Hadjar Dewantara menjadi sosok yang pendiam dan lebih suka menghabiskan waktu untuk membaca atau berada di diskusi-diskusi ilmiah. Pada periode ini beliau sampai pada satu kesimpulan bahawa pendidikan adalah hal urgen yang harus diperjuangkan.
Bukan berarti kita menafikkan aktivitas lainnya, akan tetapi seluruh substansi yang ada pada aktivitas sosial atau politik tetap memiliki unsur pendidikan disana. Kalau mau lengkap boleh cek sinopsis novel Biografi Ki Hadjar di tulisan ini
Beliau tidak pernah menulis buku sebagaimana orang jaman sekarang melakukannya. Bukunya merupakan kumpulan artikel. Setidaknya ada 4 (empat) buku yang merupakan kumpulan artikel dari beliau.
1. Pendidikan
Berisi gagasan dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam bidang pendidikan di
antaranya tentang hal ihwal Pendidikan Nasional. Tri Pusat Pendidikan, Pendidikan
KanakKanak, Pendidikan Sistem Pondok, Adab dan Etika, Pendidikan dan Kesusilaan.
2. Kebudayaan
Berisi gagasan mengenai kebudayaan dan kesenian di antaranya: Asosiasi Antara
Barat dan Timur, Pembangunan Kebudayaan Nasional, Perkembangan Kebudayaan di
Jaman Merdeka, Kebudayaan nasional, Kebudayaan Sifat Pribadi Bangsa, Kesenian
Daerah dalam Persatuan Indonesia, Islam dan Kebudayaan, Ajaran Pancasila dan lainlain.
3. Politik dan Kemasyarakatan
Berisi gagasan mengenai dinamika politik antara tahun 1913-1922 yang menggegerkan dunia imperialis Belanda, tulisan-tulisan mengenai pergerakan wanita, pemuda, dan dan perjuangannya.
4. Riwayat Hidup
Berisi kisah kehidupan dan perjuangan hidup Ki Hadjar Dewantara.
Untuk buku ke-3 dan ke-4 sudah sangat langka karena tidak diterbitkan lagi.
Teks asli yang akan kita bahas adalah sebagai berikut :
Pendidikan dan Pengajaran Nasional
I. ONDERWIJS DAN PENGHIDUPAN RAKYAT.
1. “Kekuatan rakyat itulah jumlah kekuatan tiaptiap anggauta dari rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa tak akan berhasil, kalau tidak dimulai dari bawah. Sebaliknya rakyat yang sudah kuat, akan pandai melakukan segala usaha yang perlu atau berguna untuk kemakmuran negeri.”
Sebelum membahas kata per kata, ada baiknya kita mengetahui glosarium yang merupakan pemikiran otentik Ki Hadjar Dewantara
1. Pendidikan : segala sesuatu yang dilaksanakan untuk mencapai kondisi kemerdekaan batin
2. Pengajaran : segala sesuatu yang dilaksanakan untuk mencapai kondisi kemerdekaan lahir
3. Onderwijs : pendidikan (terjemah bahasa Belanda)
4. Penghidupan rakyat : berbagai usaha yang diperlukan untuk dapat membuat seseorang hidup dengan layak, dapat berarti secara teknis berupa mata pencaharian, pekerjaan, maupun aktivitas vocationaloccupational (misal dalam potongan UUD 1945 “penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”).
Dari glosarium di atas kita dapat melihat bahwa Ki Hadjar Dewantara telah menyiapkan perangkat
berbeda untuk menuju kemerdekaan lahir dan kemerdekaan batin. Perlu menjadi evaluasi bagi seluruh pendidik atau pemimpin lembaha pendidika mengenai apa yang selama ini sudah kita lakukan. Jangan-jangan apa-apa yang
sekarang kita lakukan masih sebatas pengajaran. Apabila benar-benar melakukan pendidikan kepada peserta didik maka saat ini akan disibukkan dengan evaluasi dalam rangka mengecek ketercapaian kemerdekaan batin. Akan merasa gelisah karena bertanya-tanya apakah peserta didik sudah merasa merdeka batinnya.
Okay, mari mulai membahas kalimat demi kalimat.
Rakyat yang dimaksudkan disini adalah membicarakan mengenai masyarakat yang ada di sekitar lembaga pendidikan. Seharusnya kelahiran sebuah lembaga pendidikan adalah sebuah upaya untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada pada masyarakat sekitar lembaga tersebut berdiri. Memetakan potensi baik peserta didik, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar. Lembaga pendidikan harus tumbuh subur bersama dengan masyarakat sekitarnya. Anak didik tidak kita keluarkan dari lingkungan masyarakatnya akan tetapi biarkan dia berbaur dengan masyarakat. Dalam konsep Ki Hadjar tidak ada anak yang kita masukkan ke dalam laboratorium "sholih" baru kemudian setelah jadi produknya kita sebar ke masyarakat. Bisa jadi dengan model memasukkan anak ke dalam laboratorium ini akan membuat mereka sempurna tetapi tercabut dari akar sosialnya.
Dari bawah maksudnya adalah masyarakat dan peserta didik. Segala daya dan upaya dalam proses pendidikan tidak akan berhasil apabila tidak dimulai dari permasalahan yang dihadapi masyarakat, peserta didik, orang tua. Ketiga komponen ini pasti memiliki potensi, masalah, dan juga harapan. Hal-hal tersebut kemudian yang akan digunakan dalam menyusun kurikulum dan strategi pembelajaran. Bukan hanya sekadar menerima kebijakan dari atas kemudian dilakukan selama beberapa kurun waktu dan memberikan feedback. Maka, jika ingin mendirikan sebuah sekolah atau membuat kurikulum bukan membreakdown dari apa yang sudah ada. Melainkan, menyebarlah dan berbaurlah ke segala penjuru masyarakat (Orang tua wali dan tokoh masyarakat) kemudian berkumpul dan mendiskusikan apa saja temuan yang didapatkan baru kemudian dirumuskan. Ini bukan hanya sekadar sub bagian kearifan lokal akan tetapi kearifan lokal menjadi bintang dalam pembuatan kurikulum.
Setiap lembaga pendidikan perlu melakukan pengecekan dan melihat data alumni sekolah sejaka awal berdiri sampai saat ini. Bagaimana profilingnya sekarang. Pastikan ada data mengenai biodata siswa, nama orang tua, raport, hasil tes psikologi, prestasi yang dicapai, permasalahan yang dihadapi, lalu kondisi eksisting sekarang. Catatan ini dapat menjadi bagian dari inspirasi dalam menyusun kurikulum di sekolah.
Pengawalan data yang dilakukan akan melahirkan standart treatment bagi anak-anak. Saat masyarakat sudah terdidik dengan baik, merdeka lahir dan batinnya maka dia akan melakukan banyak hal untuk Indonesia.
4. Salah satu ciri khas yang paling natural dari konsep pendidikan di Indonesia adalah perhatian dan keberpihakannya kepada grass-root movement yang senantiasa mengakomodasi bottom-up processing. Grass-root movement dapat diartikan sebagai sebuah proses pergerakan yang mandiri, bersifat kultural, dan tidak tergantung dengan regulasi atau struktur baku dalam pencapaian tujuan bersamanya. Bottom-up processing adalah sebuah proses sosial dalam mengakomodasi profil kondisi setiap individu, memetakan kebutuhan berdasarkan profil kondisi tersebut, kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana strategis yang didasarkan atas peta kebutuhan yang riil.
5. Salah satu fungsi pokok dari pendidikan nasional adalah penguatan dan pencerdasan bangsa bagi setiap warga negara. Penguatan diartikan sebagai daya-kekuatan untuk melaksanakan kewajiban, membangun masyarakat, dan memperbaiki keadaan (keluasan – kedalaman – ketinggian). Pencerdasan diartikan sebagai kapasitas dalam menentukan arah pergerakan, pembangunan, dan perbaikan kondisi berdasarkan prioritas kebutuhan yang dihadapi.
6. Kekuatan dan kecerdasan dari rakyat semesta adalah rahim bagi kelahiran pribadi pemimpin, kebijaksanaan sistem kepemimpinan, dan kebermanfaatan program pembangunan masyarakat. Salah satu keniscayaan dalam usaha untuk mengisi kemerdekaan NKRI adalah yang paling penting adalah adanya proses penguatan berupa keberpihakan pada people development dan proses pencerdasan berupa keberpihakan pada dukungan untuk bercita-cita. Seluruh usaha pencerdasan dan penguatan melalui pendidikan harus dilakukan secara berintegritas untuk advokasi kepentingan rakyat
1. Salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk dikenalkan pada setiap lembaga pendidikan adalah berupa problem-based learning & project-based learning yang menginteraksikan peserta didik langsung dengan problem riil di masyarakat. Hal ini dilakukan dalam usaha menghindari mencabut peserta didik dari akar sosial-masyarakatnya
2. Perlunya pengembangan sistem pelaporan (rapor) yang di satu sisi mampu menunjukkan prestasi dan pencapaian peserta didik namun di sisi lain tetap perlu mengapresiasi proses yang dilalui sepanjang jenjang pendidikan.
3. Substansi program pendidikan inklusi perlu terus dikampanyekan tidak hanya spesifik dalam hal penanganan ABK tetapi juga terkait kolaborasi lintas elemen, penghargaan terhadap perbedaan, dan kampanye anti-bullying yang sangat serius.
4. Setiap pihak dalam lembaga pendidikan perlu memberikan dukungan, advokasi, dan perlindungan terhadap pergerakan & dinamika yang muncul secara alamiah untuk memajukan & memperbaiki kondisi lembaga
5. Salah satu kompetensi paling pokok yang perlu dikembangkan dalam pengelolaan lembaga pendidikan adalah listening skill yang diperlukan dalam menangkap berbagai pertanda, pola-pola keluhan, dan peta permasalahan guna dicarikan solusinya.
6. Setiap lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menyusun profil peserta didik, pemetaan potensi & kelemahan, dan perencanaan program strategis dalam pengelolaan SDM
7. Diperlukannya proses capacity building yang sangat serius bagi seluruh pendidik untuk bisa menguasai coaching skill dalam mendampingi peserta didik menentukan cita-cita dan arah pengembangan dirinya.
8. Masa-masa kelas XII SMTA merupakan sebuah momentum sekaligus check-point bagi kematangan diri peserta didik. Ini adalah masa yang penting untuk mengecek kualitas dari proposal hidup & rencana program pengembangan diri. Seminimalnya setiap peserta didik di tahapan ini telah memiliki sebuah life mapping yang berisi apa – mengapa – kapan – dengan cara apa – dibantu oleh siapa dalam perumusan cita-citanya. Ingat pada akhir kelas XII ini bukan sebagai awal peserta didik membuat tujuan hidup, tetapi tahap memastikan kematangan mereka. Setiap lembaga pendidikan harus memastikan peserta didik memiliki cita-cita yang ingin diraih. Untuk apa anak cerdas secara akademik, hafalan Al Qur'an mantap, akhaq bagus, tetapi mereka tidak memiliki cita-cita. Menurut penelitian di Chili selama 13 tahun dengan object anak SD ditemukan bahwa mereka yang akhirnya sukses bukan yang memiliki akademin bagus, melainkan anak-anak yang memiliki cita-cita kemudian mereka gigih untuk mewujudkannya.
8. Salah satu tolok ukur kualitas dari lembaga pendidikan adalah sejauh mana keberpihakannya pada proses people development.
9. Setiap lembaga pendidikan perlu mengembangkan added value yang unik, spesifik, dan tepat sasaran berdasarkan sintesis antara profil kondisi peserta didik yang dimiliki dengan visi lembaga.
10. Salah satu usaha serius yang perlu dilakukan oleh setiap lembaga guna mengevaluasi kinerjanya adalah dengan melakukan proses tracer study alumni yang berusaha mengumpulkan feedback, evaluasi, testimoni, sekaligus rekomendasi pengembangan dari alumni.
Demikian kajian satu paragraf pemikiran Ki Hadjar Dewantara, semoga di lain kesempatan dapat menuliskan ulang hasil kajian paragraf berikutnya dari Kak Isnan hihi. Ga mau mengkaji sendiri? Semoga suatu hari nanti dimampukan melakukannya. Katanya yang penting khatam dulu baca bukunya lalu nanti biarkan Allah memberikan rizki untuk memahami maknanya.