Iklan: Refleksi ku di Bulan Ini

Paramater keberhasilan sebuah mimpi dan cita-cita adalah pada seberapa besar tercapainya rencana yang telah dibuat dalam meraih mimpi tersebut. Mimpi itu menjadi lecutan bagi seseorang untuk berbuat. Memberi dorongan dalam melakukan berbagai macam perbuatan. Ini hanyalah sebuah refleksi kecil dari seorang yang sedang belajar menulis dan mengeja dalam membaca.

Mimpinya luar biasa, merajut titian jalan ke surga melalui aksara. Membuat cerita jalan lain ke sana melalui goresan pena. Namun, sepertinya jalan yang dia buat tidak semulus dalam banyangannya. Dia harus mengalami nasib yang hampir serupa dengan para pendahulunya.

Mengulang sejarah, mempraktekkan pengalaman orang lain. Bukan berarti dia gagal, dia hanya sedang mencoba melakukan evaluasi. Beberapa evaluasi yang ditemui pada dirinya sendiri.

Pertama,  tentang tujuan. Dia pernah membuat sebuah tujuan yang sangat mulia. Menyampaikan kebenaran Tuhannya melalui aksara. Ternyata tujuan ini belum benar-benar menyentuh alam bawah sadarnya. Bukannya tersesat, tetapi dia tidak ingat. Akhirnya, stagnan.

Kedua, tentang cara. Banyak hal yang sudah dia tuliskan pada selembar kertas tertempel di tembok. Setiap kali bangun dari tidurnya dia akan melihat cara yang akan ditempuhnya. Ah… kan bisa pura-pura tidak melihatnya. Dia tuliskan untuk mengikuti lomba, mengirim tulisan ke media, membuat satu artikel setiap harinya, dan membaca buku setiap harinya. Ternyata, tidak terlalu sempurn dalam melakukan eksekusinya.

Ketiga, indisipliner. Disiplin bukan hanya milik kaum militer, dia juga harus dipunyai oleh seluruh warga negara dengan berbagai macam profesi. Mencoba membaca Ramadhan, setiap hari menulis 200 kata. Apa yang terjadi? Dia tidak melaksanakan sesuai jadwalnya. Akhirnya, dia terengah untuk menyelesaikan jumlah tulisannya.

Keempat, inkonsisten. Tidak konsisten dengan apa yang dia katakan.


Sebuah refleksi dari seorang yang sedang belajar membaca dan menulis.
Read More

Lintasan 22: Sisi Lain Berbagi

Bulan penuh berkah. Banyak orang berbuat kebaikan lebih dari biasanya untuk memburu pahala yang berlimpah dari Allah. Orang-orang beruang akan berlomba-lomba mengeluarkan uangnya, dengan berbagai macam rupa. Ada yang memberikan zakat kepada fakir miskin di sekitarnya, memberikan santunan kepada anak yatim, mebagikan makanan kepada kaum papa dan sebagainya.

Di sisi lain, bulan ini juga menjadi bulan penuh berkah untuk mereka orang dari golongan biasa saja. Tersebutlah di sebuah perkampungan di tengah kota megapolitan. Seorang saudagar kaya,bulan ini dia mempunyai ide untuk membagikan ta’jil kepada seluruh penduduk kampung setiap sore. Dia selalu memberikan ta’jil dari catering ternama di kota itu. Setiap sore,rumahnya selalu ramai di kunjungi warga yang berbaris antri untuk mendapatkan menu buka puasa. Mereka berdesak-desakan untuk mengambil jatah.

Dalam bilik sederhana, terlihat pemandangan kontras dari pemandangan dalam rumah mewah itu. Seorang anak perempuan terlihat muram dan mengomel kepada ayahnya.

“Seharusnya, bu Suharsani tidak setiap hari membagikan ta’jil gratis kepada warga. Itu sama saja dia mematikan usaha kita selama ini, Ayah!” Kata Ine dengan sedikit emosi.

“Kita bisa berbuat apa, dia melakukan kebaikan kepada seluruhwarga di kampong kita. Apa salah?” Sahut ayahnya menenangkan.


“Kenapa dia harus memilih membagikan ta’jil kepada warga, padahal kita, tetangganya setiap sore berjualan ta’jil. Dan itu menjadi sumber penghasilan kita…,” sahut Ine dengan sedikit terisak.
Read More

Lintsan 21: Sayap Tak Sempurna

Cinta bertepuk sebelah tangan,
Pernahkah kau merasakan hal itu?
Apa kau merasa luka dengan hal itu?
Tahukah kau, Tuhanmu sangat sering merasakan itu.

Dia memberikan apapun yang kau minta
Dia memberikan cinta yang besarnya tidak terkira
Selalu ada saat kau mengharapkan Nya
Membantumu saat kau tak kuasa

Meski kadang, kau lupa bersyukur
Tak ada ucap terimakasih
Surat cintaNya jarang kau baca, dan kau mengerti maknanya

Tapi cintaNya padamu tetap tak bertepi.

Pernahkah kau punya kisah cinta yg tak sempurna dengan makhluk-Nya?
Jika kau ingin menyempurnakan cintamu pada makhluk-Nya, sempurnakanlah cintamu pada Tuhanmu.

Jika kau mendapati cinta dari-Nya, maka kau akan mendapat cinta dari seluruh ciptaan-Nya.

Jangan biarkan ada kisah cinta bertepuk sebelah tangan, antara Tuhan dengan makhluk-Nya.
Cintailah Allah yang selalu member, bahkan tentang hal yang lupa untuk kau mintai

Selamat meniti jalan yang yang diridhoi
Semoga mendapat berkah di bulan penuh berkah, syahru mubarokah...

Selamat bercinta dengan Sang Pencipta dengan cara yg benar dan penuh keagungan.

#semangat pemburu surga.

Allah selalu mencintaimu dengan sempurna, semoga pun sama seperti cintamu pada Nya.
Read More

Lintasan 20: Cerita 10 Hari Terakhir



Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan telah menghampiri. Orang di sekitarku bersiap menjemput malam, yang lebih mulia dari seribu bulan. Malam dimana segala pintu ampunan terbuka lebar.

Ada pesan pengingat dari guru kehidupanku, untuk berada di masjid pada tiga hari pertama saat sepuluh hari terakhir Ramadhan. Sungguh aku sangat ingin bersegera melakukan hal itu. Berdua dengan Allah di malam-malam ganjil.

Di hadapanku sekarang masih ada setumpuk kertas penuh coretan. Notebook masih menyala, terbuka file tugas terakhirku sebagai mahasiswa. Ya, siang tadi aku baru saja menemui dosen pembimbingku. Alhasil, banyak coretan menghiasi draf skripsiku.

Aku di persimpangan jalan. Di satu sisi aku sangat ingin menghidupkan sepuluh malam terakhir ini di masjid. Tilawah sampai air mataku tumpah, meminta ampunan atas segala kesalahan. Siapa tahu ini adalah ramadhan terakhirku. Di sisi lain, ini adalah hari-hari terakhir dosen aktif di kampus. Janji ku untuk ayah dan ibuku harus segera ku penuhi. Janjiku dua setengah tahun yang lalu.

Bayangan wajah ayah, ibu, dan adik ku tiba-tiba membayangiku dengan kuat. Terasa dekat dan sangat lekat.

Bismillah, dua hari ini akan aku ikhtiarkan untuk memenuhi Janji kepada kedua malaikatku. Setelah itu aku akan bermesraan dengan Rabb ku di dalam rumah-Nya. Wahai Allah, tetap mudahkanlah aku untuk senantiasa dekat dengan Mu.
Read More

Lintasan 19: Tentang Cinta



Masihkah kau meragukan cinta-Nya? Setelah dia memberikan lebih dari sekadar yang kau minta. Hari ini kau pasti lupa untuk meminta jatah udara untuk bernafas. Hari ini kau pasti lupa, meminta banyaknya darah yang harus dipompa untuk hidupmu. Tetapi Tuhan mu tidaklah lupa memberikannya dengan percuma.

Masihkah kau meragukan Cinta-Nya? Saat tubuhmu bergelimang dosa, Dia masih memberimu rizki untuk kau makan hari ini. Saat kufur nikmat, kau masih diberi rahmat. Saat kau tak lagi ingat untuk memuji, kau masih diberi ijin hidup di bumi ini.

Tahukah kau, sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan? Itu yang terjadi pada cinta Allah denganmu. Allah sangat menyayangimu, tapi kau tak menyadari. Diberikannya surat cinta sebanyak 30 juz, 144 ayat tapi tak pernah kau baca. Tahukah kau rasanya saat memberikan surat lalu tak terbaca?

Allah selalu ada untukmu. Akan memberikan apapun yang kau mau. Berapakah banyak syukur yang mampu kau ukur?

Bukankah Allah telah berpesan melalui Rasul-Nya, ketika kau berjalan padaNya dengan berjalan maka dia akan menyambut mu dengan seribu langkah. Itupun dengan berlari.

Apa kau sangat ingin Allah cemburu denganmu? Telah sampaikah padamu kisah kaum Nuh? Kisah kaum Luth? Itulah bentuk cemburunya Allah pada makhluk-Nya.

Kita sering berteriak dan bertanya, benarkah Allah mencintai Kita? Pernahkah bertanya benarkah kita mencintai Allah? Jika memang mencintai Allah, apa buktinya? Mampukah kita membuktikannya?


Satu kata cinta Bilal, ahad. Dua kata cinta Rasulullah, selimuti aku. Tiga kata cinta Ummu Sulaim, islammu adalah maharku. Empat kata cinta Abu Bakar, ya Rasulullah saya percaya. Lima kata cinta Umar, ya rasulullah izinkan kupenggal lehernya.

Berapa dan bagaimana kata cintamu?
Read More

Lintasan 18: Panggilan Masa Lalu



Dinginnya kota ini sudah menyapa sejak siang tadi. Hawa dingin di musim kemarau memang lebih menusuk dibandingkan musim penghujan. Konon ini karena kandungan air di dalam udara lebih banyak dibandingkan saat musim hujan.

Allah memberikan kesempatan langka, aku melintasi jalan pahlawan malam ini. Mengawal pengisi acara tadi ke hotel Candra.

Di sebelah kiri jalan aku melihat masjid Birul Walidain. Bentuknya masih sama. Disana sedang bersiap untuk sholat tarawih. Sekelompok remaja putri mengenakan mukena putih berjalan menuju masjid. Suasana ini membuat aku rindu dengan kejadian sepuluh tahun yang lalu. Saat aku dan teman satu kos berjalan menuju masjid itu.

Pulang jam sebelas malam selepas tarawih. Bukan karena tadarus di masjid, tetapi makan dulu di alun-alun. Biasanya makan mie ayam, duduk dekat jendela dan mengamati orang pacaran. Kalau tidak menemukan kami akan mencari dan menghitung orang yang sedang pacaran. Kurang kerjaan emang. Rasa mi ayam nya biasa, hanya saja memberikan suasana berbeda. Kami berbanyak punya hobi sama, makan dan cuci mata. Sekarang warung mi ayam itu bentuknya masih sama,  bercat biru di sebelah kiri jalan dekat gapura.

Risiko orang pulang kemalaman adalah, pintu sudah dikunci oleh ibu kos. Bukan hal yang sulit bagi kami untuk melompati pagar setinggi setengah meter itu.

Kos Eyang Tarno di jalan pahlawan nomor 34. Rumah kuno beraksen belanda ini menyimpan banyak cerita. Di rumah kuno inilah pertama kalinya aku khatam al qur'an, terbangun saat malam. Di tempat inilah aku bertemu dengan orang-orang yang mengajakku untuk dhuha. Di tempat ini pulalah akhirnya aku mengenakan pakaian takwa dan mulai berinteraksi dengan lingkaran cinta.

Rumah tua, dekat SMA dua. Menyimpan kenangan saat masa remaja. Masa saat aku mulai menata tangga dewasa dan menjadi muslimah seutuhnya.
Read More

Lintasan 17: Resonansi Hati



"Jika disebut nama Allah maka bergetar hatinya, dan jika dibacakan ayat-ayatnya semakin bertambah keimanannya." Qs. Al Anfal ayat 2.
Ayat tersebut merupakan penggalan dari sebuah surat yang menceritakan tentang perang Badar. Sebelum Allah memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana perang badar, DIA terlebih dahulu memberikan tanda-tanda orang beriman. Coba kita renungkan apa maksud Allah tentang ini.

Dalam tafsir Fi Dzilalil Qur'an, Sayyid Qutb menjelaskan bahwa getaran yang terjadi itu merupakan sebuah bentuk resonansi antara ayat Al Qur'an dengan hati manusia. Resonansi merupakan peristiwa bergetarnya suatu benda karena getaran benda lain yang mempunyai frekuensi sama. Ini artinya, hati manusia diciptakan satu frekuensi dengan ayat-ayat Al Qur'an.

Tidak semua manusia akan menangis saat membaca Al Qur’an. Sebagaimana Umar yang bergegas mengucap syahadat setelah mendengar surat Thaha. Atau salah seorang sahabat pingsan saat membaca surat yang berisi ancaman. Kebanyakan manusia ada yang biasa saja saat mendengarnya. Tidak ada getaran, tidak ada reaksi apapun dalam hatinya.

Adapun penyebab tidak bergetarnya hati manusia saat disebut nama Allah adalah karena adanya sifat fujur dalam hati manusia. Sifat fujur inilah yang menyebabkan frekuensi hati manusia menjadi tidak sama lagi dengan ayat Al Qur'an.

Maha Besar Allah atas segala ciptaan-Nya. Hati kita telah di desain sebegitu detailnya agar selalu dekat dengan-Nya. Karena ulah kita sendiri akhirnya kita menjadi jauh dariNya. Mari kita hilangkan sifat-sifat buruk dalam hati kita, agar dia kembali memiliki frekuensi yang sama saat awal penciptaannya.
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.