Bukannya Kurang Orang Mungkin Hanya Kurang Ide

Tuh kata-kata selalu terngiang setiap kali menghadapi kegalauan dalam menentukan siapa ada di mana. Kata-kata mb Maul yang penuh pesona itu selalu terngiang...ya bener, terkadang kita cuma butuh ide untuk melakukan sesuatu.

Setiap kali mau ngadain acara kepentok terus siapa yang mau jadi ketuanya? Waaah kita dikit banget ya orangnya. Sebenarnya kita hanya butuh memberdayakan orang yang. Seringnya ujung dari kegalauan menentukan siapa ada dimana adalah ngga jadi ngadain acara atau membentuk sesuatu yang baru. Beberapa hal ini sepertinya perlu banget dilakukan oleh komunitas atau lembaga dalam menempatkan SDM yang dimiliki.

Pertama, list seluruh anggota yang ada. Ini penting pake banget, bisa jadi ada anggota yang keselip. Namanya juga manusia, lupa itu sesuatu yang wajar. Tapi menjadi seseorang yang dilupakan keberadaannya itu sakiiit banget. So, tulis lebih dulu semua SDM yang dipunyai selain mengingat juga untuk memperhitungkan kekuatan kita.

Kedua, list potensi anggota. Setelah list nama tuliskan juga potensi dari anggota. Kemampuan antara satu dengan lain pastilah berbeda. Seandainya banyak pun pasti ada satu yang paling menonjol. Kalau bisa nggak cuma list potensi aja, tapi sekalian prioritas potensi yang dimiliki dan mau dikembangin lewat lembaga atau komunitas tersebut. Kemampuan kita dalam memahami potensi ataupun kemampuan anggota menjadi modal awal untuk menempatkam seseorang sesuai lada tempatnya. The right man on the right place, gitu istilah tenarnya.

Terakhir, mulai utak-atik. Tempatkan anggota sesuai kemampuannya. Jangan terlalu dipaksakan, bantu setiap anggota mengembangkan potensi mereka masing-masing. Jadi, ketergabungan seseorang dengan komunitas/lembaga akan berdampak positif terhadap pengembangan diri mereka.

Jika memang tidak memiliki anggota yang tak punya kemampuan mumpuni berarti perlu dilakukan evaluasi terhadap rekrutmen dan pembinaan anggota. Tapi evaluasi ini jangan kelamaan nanti ga jalan-jalan kegiatannya 😁. Evaluasi besar-besaran perlu dilakukan saat kita menjadi stag karena faktor anggota yang tidak punya ide atas kondisi yang terjadi. Evaluasi internal. Sungguh perlu dikasihani saat sebuah komunitas atau lembaga mengalami hidup segan mati tak boleh. Udah mah... anggotanya dikit miskin ide pula. Hmh... perlu ganti generasi kayaknya hihihi. Menunggu Allah mengganti dengan generasi yang lebih baik.

Yuk ah semangaaaat, lebih siap jadi generasi yang tergantikan atau menggantikan. Semua pilihan ada di tangan kita. Saatnya kulakan ide biar tetep ngeksis.
Tulisan dibuat di tengah-tengah nyari ketua YQQ hihi.


Read More

Agar Tidak Konsisten Dengan Inkonsisten

Konsisten dengan inkonsisten, sebuah kalimat yang cukup familiar saat masih belajar di BAPPEDA kabupaten Temanggung. Maklumlah, orang-orang disana akrab banget sama rencana. Makanya menjadi badan di lingkungan SKPD yang paling sadar ada inkonsisten dalam menjalankan rencana dalam pembangunan daerah.

Inkonsisten sebenarnya mirip dengan sebuah penghianatan janji. Rencana, keinginan yang tidak diperjuangkan dengan gigih adalah sebuah penghianatan terhadap hati dan komitmen yang pernah terpatri.

Sebenarnya ilham dari judul ini adalah kata-kata yang dulu kala sempet ngehits, "Karena istoqamah itu butuh saudara". Yuhuuu istiqamah adalah bahasa langitan dari konsisten. Nah...biar kita bisa ninggalin kebiasaan inkonsisten emang butuh banget banyak orang. Tentunya bukan sembarang orang. Kita butuh orang yang punya komitmen sama dengan kita. Fungsinya, orang tersebut akan menjadi alrm saat kita masuk wilayah inkonsisten. Mengingatkan saat kita mulai kehilangan arah, memberikan semangat saat kita merasa lelah.

Carilah komunitas yang mendukung niatan. Sebab, istiqamah itu butuh kebersamaan. Disana akan ditemui semangat saling berlomba memberikan yang terbaik. Bahkan kadang ada unsur pemaksaan untuk tetap pada rel. Komunitas yang homogen sangat baik mendukung konsistensi kita.

Lihat kembali rencana dan komitmen yang telah dibuat. Lakukanlah review setiap hari atau bulan agar tingkat inkonsistensi dapat terdeteksi dengan segera. Kalau menemukan penyimpangan cukup jauh maka segera istighfarlah dan temukan jalan pulang. Jangan malah semakin terbuai dengan inkonsistenan kita.

Meski demikian, jangan sedih kalau kita sering inkonsisten. Karena itu artinya kita pernah membuat sebuah perencanaan. Daripada ga pernah inkonsisten gegara ga punya rencana #eh.


Read More

Sudah Jujurkah Aku Kepada Allah?

Tetiba saja pertanyaan itu berkelebat di depan mata. Ya... sudahkah aku jujur kepada Allah? Ketika labuhan tak seperti tujuan yang pernah kusampaikan pada Allah dalam selipan kata bernama doa. Ah...mungkin benar ada yang salah.

Rabb inginku selalu bersama kebaikan... bersama orang-orang baik dan membaikkan sekitar. Hanya saja, sepertinya hari ini aku menyadari tak segigih yang dibayangkan. Kepalaku berputar mencari dalil untuk menenangkan segala gundah. Ah... bukankah Allah pasti menyiapkan ujian untuk menguji niatan? Bukankah Allah menyediakan ujian untuk mengukur kadar keimanan?

Wahai diri, benarkah kau telah jujur kepada Allah?

Ketika kau merasa payah menjalani hari bukan berarti itu tanda kau tak jujur padaNya. Lelah itu residu yang harusnya mampu kau ubah menjadi sebuah energi besar dari untuk memulai hari. Jika hari ini kau merasa gundah dan merasa kalah bukan berarti Allah sedang marah. Tapi DIA ingin melihat kesungguhan. Yakinlah selalu ada jalan untuk kebaikan.

Perbaiki niat, mungkin masih ada salah pada niat. Lalu Allah tiupkan rasa bersalah dan lemah agar menyadari ada biduk niat yang mulai salah arah. Saat sebuah kapal salah arah seorang nahkoda pastilah berusaha keras melawan arah angin ataupun gelombang dahsyat agar sesuai tujuan awal. Tetapi, bukankah gelombang itu yang akan semakin mendidik sang nahkoda lebih banyak belajar.

Ah, tetap saja aku merasa belum jujur kepada Allah....

Hey, kalau kau merasa belum jujur kepada Allah jangan pernah jadikan itu sebagai alasan untuk menyerah. Inilah kesempatan untuk memperbaiki seluruhnya. Mulailah pembicaraan dengan Allah, mungkin permintaan maaf bisa jadi awalan pembuka atas sebuah penyesalan. Sudah... tak usah beralasan. Jujurlah atas keinginanmu pasti kau akan menemukan itu.

Yuk ah... perbanyak berbincang kepada Allah dengan mendoa dan membaca KalamNya. Rasa tak merasa tak jujur ini mungkin sebuah peringatan agar sujudmu lebih panjang, agar malammu tak lagi miskin dzikir pada Allah. Bergegas perbaiki diri Allah rindu dengan kebaikanmu. Allah rindu dengan kejujuranmu menyampaikan inginmu.

Wahai hati, hanya dengan mengingat Allah kau menjadi tenang. Bismillah, membuka lembaran hari dengan memperbaharui niatan dan mengkomunikasikan kembali tentang sebuah tujuan. RidhoMu atasku adalah tujuanku. Mati di jalanMu semoga benar menjadi inginku.

Renungku pada suatu hari.


Read More

Jangan Terlalu Mudah Melabeli Anak

Kemarin malam absen dari utak atik kata. Saat mata tak bersahabat dan tanda-tanda pilek kembali melanda. Akhirnya, mengalah sejenak dengan rasa lelah. Perkataan adalah doa. Begitu istilah yang selalu terngiang di kepala sehingga menjadi rem ketika akan berkata negatif kepada putriku.

Wajar bukan, jika orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya? Termasuk lingkungan tempat tinggal. Ummu Musa pernah bilang, "Kalau nyari rumah pertama kali yang dilihat adalah lingkungannya". Sejak saat itu aku bersepakat dengan argumen tersebut. Entah bagaimana caranya, kelak saat akan membangun rumah pengen banget survey lingkungan. Jarak dari masjid, ada tempat PS nggaj, taman bermain, dan lain sebagainya.

Terkadang merasa sedih saat anak unyu kita dibilang "nakal" sama orang hanya karena pas digendong dia menangis dan tak mau diam. Padahal tangis adalah bahasa bayi yang orang dewasa tidak memahaminya. Pengen marah sebel atau gimana gitu, tapi kok ya gimana ya..., yang bilang kayak gitu kadang dari keluarga dekat.

Dari sini kemudian saya merenung dan berkesimpulan bahwa terkadang kita terlalu mudah melabeli anak kita. Bisa jadi saat dia menangis dan tak bisa didiamkan karena kita yang tidak bisa memahami keinginannya. Karena dia tidak nyaman, karena dia pengen diperhatikan, pengen diajak jalan-jalan atau lainnya. Jangan sampai ketidak mampuan kita memahami anak membuat gampang melabeli anak tersebut anak nakal. Andai saja kita paham keinginan dan bahasanya pastilah bisa lebih asik dalam membangun chemisty. Makanya, kalau saya gagal menenangkan biasanya akan minta maaf kepadanya karena telah gagal memahami inginnya.

Sekali lagi, perkataan itu adalah doa. Apalagi perkataan ibu kepada anaknya. Atau perkataan yang di ulang-ulang, bisa mempengaruhi alam bawah sadarnya. So, labelilah anak dengan label yang baik agar dia menjadi anak baik.


Read More

Kegalauan Acara Perpisahan Ala Anak Semut



Resiko bergaul dengan anak SMA adalah menjadi tempat curcol mereka. Gimana ya...masih dianggap temen sebaya mungkin wkwkwk. Tema curhat kali ini tentang galaunya seorang anak SMA kelas XII yang sekolahnya mau buat acara perpisahan.

Katanya sihhh di acara perpisahan bakal mengundang artis papan atas dengan biaya cukup banyak. Buat beli cendol lumayan lah yaaa bisa dibagi satu kabupaten hihi. Agal terharu sih, hari gini masih nemu anak yang prihatin dengan rencana temen-temen seangkatan itu. Iuran yang harus dibayarkan untuk mengundang artis itu juga tidak murah. Bagi beberapa siswa uang tersebut bernilai besar karena bisa dipake buat biaya transportasi pas ikutan SBMPTN ato UM. Ya... namanya sebuah sekolah pastilah ada siswa dari keluarga mampu dan kurang mampu. Ada yang ngluarin uang segitu gampang ada juga yang kesusahan.

Terkadang ngrasa aneh juga sih, pas mau ujian mereka ngadain doa bersama meminta pertolongan Allah dengan derai air mata. Eh, giliran lulus hura-hura. Seolah lupa gitu kalau mereka bisa lulus karena ada campur tangan Allah.

Meminjam istilah dari Bu Leli, barangkali kita memposisikan Allah sebagai pembantu. Ingat Allah cuma paa butuh bantuan. Setelah Allah membantu kita sesuai dengan doa yang dipanjatkan kita melulakan Allah begitu saja.

Ini tentang rasa syukur, Bray.... Ekspresi kesyukuran atas pertolongan Allah juga diperlukan biar kita ga masuk golongan kufur nikmat. Lagian, alasan ngundang artis papan atas gegara gengsi sama sekolah sebelah. Lahhh ini generasi muda kok ga lada kreatip. Seandainya waktu berulang, aku aja mau tuh buat acara perpisahan atau syukuran yang lebih kreatif.

Demi memberikan inspirasi ke anak SMA yang curcol, seperti biasa...gugling dong ya akunya. Ternyata di luar sana sudah ada acara sebagai rasa syukur kepada Allah yang kreatif dan kece punya. Misal:
1. Bagi Nasi Bungkus dan Seragam
2. Donor Darah
3. Baksos
4. Tanam pohon
5. Konvoi pakai sepeda ontel
6. Sujud syukur masal
7. Sholat berjamaah
8. Ziarah ke makam pahlawan
9. Corat coret di kain panjang, dengan panjang bisa disesuaikan dengan angkatan

Sebenarnya, anak SMA pastilah lebih kreatif dalam membuat sebuah acara. Cuma, kadang mereka butuh pancingan aja. Lagi pula, biasanya doi curcol juga ga selalu buat nyari solusi tali buat penguatan atas pendapatnya aja.

Galau-galau berfaedah macam ni, banyak banget ditemui di kelompok semut. Yaps, mereka emang anak alay, cuma alaynya positif. Biar mereka happy kalau dibilang alay positif hahaha. Katanya yang dilakukan itu untuk Allah, bangsa, dan Almamater 😇.

Salam sayang untuk pasukan semut. Semoga Allah senantiasa menjaga kalian dengan penjagaanNya yang sempurna, penjagaan yang aku tak mampu melakukannya. Sukses menggerakkan masanya. Allah yang menggenggam hatu teman-teman kalian, maka mintalah ijin pada Allah agar hati mereka berkata "ya" untuk kebaikan yang kalian sampaikan. Salam Ibu Jari.


Read More

Tujuan Paripurna Bermuara Pada Satu Kata, Totalitas



Awalnya, saya merasa heran mengapa pembahasan mengenai totalitas di awali dengan loyalitas dan kemurnian tujuan dalam melakukan sesuatu. Setelah menyampaikan kemudian beberapa kali merenung untuk mencari sebuah jawaban, akhirnya saya menemukan titik temunya. Ya, ketika seseorang memiliki tujuan paripurna -begitu saya mendefinisikan- akan bermuara pada ketotalitasan dalam menjalani segala tugasnya.


Mengingat kalimat Anis Matta dalam bukunya 8 Mata Air Kecemerlangan dia menuliskan, terkadang manusia membuat visi dan misi hidup sendiri. Padahal Allah telah memberikan visi dan misi kepada setiap manusia yang melakukan tangis pertama saat lahir ke dunia. Akan tetapi, seringnya manusia membuat visi misinya sendiri, seperti tidak menyadari bahwa Allah telah memberikan mandat kepada manusia selaku khalifah di dunia. Visi itulah tujuan. Tujuan paripurna yang saya maksud disini adalah manusia yang memiliki tujuan untuk mendapatkan ridha Allah. Apapun yang dia lakukan berdasar pada cinta atau tidaknya Allah dengan perbuatannya. Tujuannya murni dipersembahkan kepada Allah dijadikannya mahar mendapatkan keridhaannya.


Pengejawantahan tentang dua kalimat syahadat dengan sempurna akan menjadikan manusia melakukan sesuatu karena Allah dan melakukan sesuatu sesuai ajaran Rasulullah. Loyalitasnya jelas untuk Allah. Niatnya jelas ikhlas karena Allah. Mereka berbuat berdasarkan rasa cinta kepada Allah. Mereka berbuat untuk membuktikan kecintaan kepada Sang Pencipta. Orang yang jatuh cinta sampai Kedanan (red:tergila-gila) akan melakukan apapun. Imbalan perbuatan yang diharapkan adalah kepuasan dari yang dicintainya. Dia akan mengerahkan segala potensi yang dimilikinya, mengubah ketidakmungkinan menjadi sebuah keajaiban.


Ya... begitulah totalitas. Batasan ketidakmampuan adalah tidak mampu melakukan sesuatu. Memurnikan pemikiran mereka tanpa tercampuri dengan pemikiran yang lain, itulah totalitas. Memurnikan pemikiran bahwa Allah sebagai tujuan, Rasulullah sebagai teladan, Al Qur'an sebagai pedoman, Jihad adalah jalannya, dan mati di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi.


Read More

Bukan Cuma Naruto Yang Punya Cakra, Kita Juga!!!




Membuka ef bi memang bisa menjadi  candu, bisa mengalihkan tujuan awal kita. Awalnya mau nulis tapi refreshing dulu gitu, eh... malah akhirnya stalking orang. Bukan stalking mantan kok...beneran ciyusan deh.

Ini judul udah ku buat lama, kemarin mau ngisi tulisannya belum keidean. Akhirnya sekaranglah saatnya... eaaa. Judul ini berangkat dari hobi nonton naruto pas lagi hamil. Jadi kenal sama istilah cakra. Padahal dulunya cuma tau cakra itu merk tepung terigu untuk buat roti. Sedangkan materinya, merupakan ingatan saat masih di Semarang dan ikutan kajian bu Dyah Rahmawati tanpa Soekarno Putri 😆

Dalam kajian tersebut bu Dyah menjelaskan bahwa dalam tubuh manusia terdapat tiga aura yang menyelimuti. Tapi, biar sesuai sama judul mau saya ganti dengan dilindungi oleh tiga cakra. Cakra pertama adalah cakra spiritual, cakra akal, dan terakhir cakra badan.

Ketiga cakra tersebut berlapis, dan lapis paling luar dalam tubuh manusia adalah cakra spiritual. Seseorang dengan cakra spiritual yang bagus akan mamiliki tameng terkuat dibandingkan orang lain. Mungkin kita sering mendengar ada ibu-ibu yang aktif menebar kebaikan dengan jumlah binaan belasan majelis ilmu. Anaknya pun julmlahnya lebih dari bilangan angka satu. Semua pekerjaan rumah dilakukan tanpa pembantu. Baca Al Qur'an lebih dari satu juz, sholat malam tak ketinggalan. Kerennya dia tidak pernag sakit, tak pernah lelah.... Naaah saya curiga orang macam tu memiliki cakra spiritual yang amaaat besar. 
Konon, orang yang memiliki cakra spiritual kuat akan menghadapi masalahnya dengan keimanam kuat dalam dirinya. Hantaman masalah semakin menguatkan rasa percaya pada Allah SWT. Tidak membuatnya menjadi galau baper atau penyakit alay lainnya. Semua dihadapi dengan tenang.

Gawat akan terjadi saat seseorang memiliki cakra spiritual rendah. Saat ada badai masalah mau tidak mau cakra akal yang akan menerima. Tak heran jika kita temui orang stres, galau, gegana, baper berkepanjangan. Berbagai macam penyakit tersebut muncul karena lemahnya cakra spiritual kita dan pada akhirnya akal lah yang harus menerima. Ketika cakra akal tak lagi mampu membendung maka penyakit-penyakit tersebut akan menyerang.

Nah... nah, gawat lagi ketika kedua cakra pelindung tadi telah terkoyak pora poranda. Cakra badan yang harus menerima hantaman. So... banyak kita dapati orang yang perlu di rawat inap karena sakit akibat memikirkan suatu masalah.

Makanya, kita perlu seimbang dalam memperlakukan diri kita. Berikan asupan seimbang agar cakra pelindung dapat bekerja dengan baik. Haknya spiritualitas adalah dengan ibadah, haknya akal adalah dengan membaca dan belajar, serta haknya badan adalah makanan sehat.

Hidup seimbang yuuuk dan tetap jaga kewarasan. Salam ibu jari.


Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.