Memaknai Sebuah Pertemuan

Kita tidak pernah bisa mendikte takdir yang telah digariskan. Hanya bisa mempercayai bahwa setiap takdir adalah kebaikan. Setiap hari Allah telah menyediakan berbagai macam pelajaran, yang terserak dan ada di depan mata. Pesan yang ingin diajarkan selalu terselubung sehingga memanggil kepekaan untuk memahaminya. 

Untuk hal paling sederhana, sebuah pertemuan yang mungkin hanya sejenak. Terkadang bisa membuat logika dan rasa kita terhenyak. Meski hanya sejenak tetapi jika Allah sudah berkehendak kita akan kembali sadar akan awal mula dan memberi nasihat dan masukan mengenai bagaimana cara seharusnya. 

Setiap manusia butuh peristiwa untuk mengembalikan dan mengingatkan sebuah niatan. Peristiwa itu tidak harus yang bersifat dramatis. Cukup sederhana dan sesaat tetapi menuntut kita memahami makna. 

Begitulah kira-kira maksud dari berbagai pertemuan. Meredam rasa pemberontakan dan mengingatkan posisi dan menengok keinginan. Perjalanan panjang yang telah dilalui, pilihan yang telah dijalani pasti memiliki alasan. Alasan yang berasal dari interpretasi sebuah nilai. 

Ya, pada akhirnya kalimat kita melakukan untuk Allah bukan manusia akan di uji validitasnya. Bayangkan yang menguji adalah Sang Maha. Maka, perlu belajar mengekspresikan ketawadhuan bukan kepongahan. Nampakkan lunak namun tak tersentuh. Halus tapi keras. Keras akan sebuah prinsip tetapi dibalut oleh kelembutan. Oh...ini sunggu siasat di atas siasat. Seperti seorang ksatria Jawa saat bernegosiasi. Ah lupa, kan ini memang hidup di tanah Jawa. 

Rentetan pertemuan dan kalimat dari orang luar yang ditemui beberapa hari ini ternyata hanya ingin mengajak pada sebuah titik kesadaran, tundukkan ego. Bersikaplah sebagaimana seorang priyayi Jawa bersikap (seperti yang di ajarkan Mbah Putri). Bersikap dan berbahasalah seperti apa yang mereka inginkan. Maka kamu akan menaklukkan. Hey....bukankah itu yang dulu dilakukan. 

Pilih kunci yang tepat, bukalah pintu, lalu obrak-abrik hihi...

Pertemuan-pertemuan ini adalah alarm untuk menghentikan seluruh gejolak. Jika merasa gundah berselancarlah dalam samudra kata maka akan hinggap bijaksana. 

Makna sebuah pertemuan adalah untuk memperingati, untuk menguji diri, untuk menilai, dan kemudian lakukanlah sesuatu untuk memperbaiki. 

Tidak ada suatu pertemuan yang Allah tidak memberikan makna. Tidak ada suatu pertemuan yang bernilai sia-sia. Selalu indah bukan cara Allah mengingatkan kita?

Read More

Ikhlas...

 Motivasi orang untuk beramal sangat beragam. Terkadang niat yang lurus terkadang tercemari dengan hal yang bersifat duniawi, bukan lagi ukhrowi. 

Surat Al Hijr : 39-40

Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.”

Manfaat ikhlas 

1. Hati menjadi tenang

Masalah apapun jika kita ikhlas karena Allah maka kita akan merasa tenang. Karena semuanya dikembalikan kepada Allah

2. Dimudahkan dalam segala urusan

Saat ikhlas otak depan yang berfungsi mengambil keputusan akan terkoneksi. Namun saaat tidak ikhlas otak bagian batang yang bersifat emosi

3. Memiliki orientasi hidup jangka panjang

4. Allah akan ridha dengan apa yang dilakukan.

5. Mendapat posisi sebaik-baiknya

semua ditujukan kepada Allah 

Read More

Tulisan Bersambung Diawali Juli di akhiri Agustus

Entah sudah berapa lama tak menggunakan blog ini sebagai sarana berbagi rasa. Cerita apa aja yang ingin diceritakan setelah terjadi sebuah kejadian. Setiap hari selalu ada hal baru yang Allah titipkan. Biasanya akan terlupa jika tidak di arsipkan. 

Aku ingat, dimana dulu aku berfikir bahwa hidupku monoton. Tidak ada satupun hal baru dalam satu hari yang bisa dituliskan. Dalam kondisi itu timbul rasa, ah hidupku seperti ini banget. Apa mungkin kelak di suatu hari memiliki kondisi yang lebih baik dari ini. Ya... ternyata aku pernah pada posisi merasa tidak akan memiliki masa depan dan tak dapat membayangkan akan menjadi apa kelak. 

Tapi ternyata Allah sangat baik hingga aku mendapatkan garis hidup seperti hari ini. Lebih berwarna dan banyak hal baru yang terpaksa harus dipelajari. 

Namun, semua terasa kembali menyita rasa saat mencoba bertanya dalam hati, ingin menjadi ahli apa sebenarnya dirimu? Selalu mengkerucut pada tiga hal. Dan rasanya tidak bisa dipisah. Ingin rasanya tau hal apa yang bisa menyatukan ketiganya. 

Terlambat mungkin untuk memahami diri untuk lebih mengenal jati diri. Meski sepertinya aku sudah cukup ngerti aku ini bagaimana, hanya butuh sebuah keberanian untuk memutuskan. 

Kalau ditanya, apa hal yang paling membuat bahagia? Seharian membaca buku dengan suasa rumah bersih dan udara sejuk kemudian menuliskan hasil bacaan. Itu adalah kabahagiaan yang sudah sangat lama aku tinggalkan. Lalu saat ditanya, apa yang sudah menghasilkan? Yang sudah menghasilkan adalah dari menulis artikel harian. Itupun sudah lama ditinggalkan. 

Ah, aku rindu masa dimana bertemu dengan teman belajar yang itu aku banget. Sudah mencoba belajar dengan ragam komunitas tapi memang hanya kelas perdana lewat grup Facebook itu yang membuatku selalu merasakan hidup dalam kebahagiaan. 

Blog ini muncul juga karena ada harapan. Menjadi blogger. Meski katanya di jaman ini sudah banyak ditinggalkan karena lebih menjanjikan YouTuber. 

Apa ini penyeba aku juga mencoba dunia media sosial? Karena peluang yang juga lebih besar? 

Sepertinya aku memang tidak bisa jauh dari aktivitas menulis. Dengan tulisan yang jelas. Sepertinya sekarang harus mencoba untuk merutinkan menulis kembali. 

Iya, aku baru saja disadarkan bahwa aku sudah cukup mengenal diri tapi belum mampu membawa pengenalan diri ini kepada sesuatu yang menghasilkan. 

Tidak boleh beralibi karena pola asuh, hari ini saatnya menjadi seorang yang menghasilkan dari apa yang dipelajari. Bukankah ada harapan yang masih harus kamu penuhi? 

Sebuah peran yang jika itu aku lakukan tidak akan membuat anak terabaikan, tetap menjadi nyawa dalam kebahagiaan keluarga kecil yang sedang dibina. Tetap mampu memberikan ekspresi kasih sayang tanpa terkesan melebihkan pada peran yang akan dipilih. 

Pilihlah hal itu, dan berbahagialah dengan itu. Haruskah itu SEO? 
Read More

Diskusi Hati

Terkadang kita perlu berdiskusi dengan diri kita untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Sangat aneh jika topeng masih dipakai saat berhadapan dengan cermin. Menelisik lebih jauh tentang kejujuran rasa, menelaah lebih dalam apa yang pantas menjadi kambing hitam penyebab. 

Setiap orang pasti akan menemui titik nadzir terendah dalam perjalanan hidupnya. Dan memiliki cara untuk beranjak dari kedalaman titik itu, bergegas dan mencari cahaya, hingga naik ke atas langit dan kembali menerangi semesta. 

Sedih memang saat tempat yang ingin dijadikan telaga malah memberikan efek beracun pada jiwa. Entah karena tendensi selama ini atau karena suasana hati yang mendekati mati. Rasa sakit yang tetiba menyeruak tak mungkin hadir begitu saja, pasti ada pemicunya. Tidak semua ekspetasi harus terwujud di depan matan. Bukantah seharusnya terkadang harus menjadi kata bijaksana? 

Boleh jadi saat ini yang salah hanyalah paradigma. Titik sudut berbeda membuat semua terasa tak sama. Meluruhkan kata seharusnya untuk hal yang bersifat tak pokok lalu mendiskusikan dengan ego. Paling penting dalam situasi genting adalah, memegang hal yang prinsip untuk menentukan sikap. Tidak bisa hanya menurutkan keinginan dan sudut pandang pada realita yang sangat berbeda. 

Batu tak bisa bertemu dengan batu. Harus ada yang mengalah menjadi air. Biarkan titikan kecilnya menetes dengan perlahan. 

Cahaya..., Ya ...cahaya. Segera bergegas untuk mencarinya. Bergegas untuk mendapatkannya. Mencari telaga untuk kesejukan jiwa. Membasuhnya. Tak mungkin meminta fatwa pada hati yang terselimuti halimun yang mencekam jiwa. 

Jika sudah seperti ini hanya butuh sendiri dan berdiskusi dengan air mata. Biarkan dia bicara pada sesaknya dada. Bukan karena sedang lemah, tapi sedang menyusun kekuatan. Tiap tetesnya tak ubah dengan susunan batu yang akan menguatkan pondasi jiwa dan raga. 

Tidak....air mata bukan tanda lemah dan kalah. Dia tanda akumulasi rasa sakit dan akan menjemput senyum untuk terbit. 

Carilah tempat sepi, menyendiri lah, normalkan lagi kondisi. Meski tak bisa dipungkiri rasa sakit itu tak begitu saja terobati. 
Read More

Saat Kau Menyelam Semakin Dalam

 Yah, sepenggal kalimat yang akan membayangi langkah kaki beberapa waktu ini. Ketika tumpahan rasa kecewa dan gugatan atas ketidak idealan mulai menyeruak ke permukaan. Lalu datanglah sepenggal pesan yang diperantarakan atas nama pertemanan. 

Semakin lama berinteraksi maka, akan seperti seseorang yang berenang ke dalam lautan. Dia akan semakin dalam dan akan semakin mengetahui isinya. Jika selama ini hanya mengenal permukaan, maka lautan dalam menjadi sebuah rahasia. Tapi, setelah perlahan menyelami kita akan melihat apa saja isi benda di dalam sana. Bisa jadi bukan hanya mutiara, tapi tumpukan sampah. 


Di tepi pantai memang akan sangat indah. Disana kita bisa melihat batas cakrawala. Angin bertiup sepoi dan menikmati deburan ombak. Awan berarak di antara birunya langit. Hanyalah mengingat keagungan Allah yang dapat kita lakukan saat melihatnya.

Tapi laut masih tetap menyimpan banyak rahasia. Hanya orang tertentu yang sanggup menyelaminya. Banyak pula perbekalan dan kesiapan yang perlu dilakukan agar sanggup melihat hingga ke dasaran. Setelah menyelam menjadi hak bagi masing-masing untuk menentukan. Tetap bertahan untuk tinggal atau pergi dengan ragam rasa kecewa. 


Tak ada organisasi yang benar-benar bersih dan sesuai idealisme awal pembuatannya. Seperti kealamian laut yang tetap bisa tercemari oleh tindakan tidak bertanggungjawab. Hm..pergeseran menjadi sebuah kemestian karena berjaraknya pendiri dengan penerus masa kini. Jangan mencari ruh dari pendirian karena kadang dia tidak ikut terkubur bersama jasad pemiliknya, tetapi generasi selanjutnya sudah enggan menggunakan. Tak mampu membuat tafsiran.


Tak perlu juga merasa patah hati, ketika idealisme tak bertemu realitas. Ketika keseharusan sudah tak menjadi harus. Kesalahan menjadi lumrah. Saat ini, yang perlu dikembalikan orientasi bukan mereka, cukup dari kita saja. Kita mungkin hanya riak kecil yang keberadaannya tidak akan memberikan pengaruh apapun. Tapi paling tidak bisa membuktikan tentang niat awal dan tujuan. 


Tak perlu risau dengan dukungan dan cara pandang manusia dengan segala yang kita niatkan karena panggilan Tuhan. Seluruh makhluk ciptaan-Nya tak perlu membuat kita terjatuh dan terpuruk. Melukai perasaan. Seandainya seluruh penghuni langit, bumi, dan di antara keduanya tak lagi memberikan sorak dan dukungan tetaplah fokus pada jalan yang kamu yakini kebenarannya.


Bahkan meski kini kamu berada di sebuah rumah yang rusak, atapnya bocor tapi tidak harus dirobohkan. Carilah cara untuk memperbaiki. Pastikan pondasinya masih kokoh. Pastikan pergeseran hanya pada atap bukan lainnya.

Read More

Belajar Dari Tabina, Lagi

 


Mendapatkan gambar ini dari Ustadzah ada rasa haru yang membuncah. Ketika mendapatkan pemberitahuan dari Ustadzah bahwa kamu akan melakukan ujian kenaikan jilid rasanya ingin menangis. Tapi nyatanya gengsiku lebih besar dari keinginan itu wkwkwk. Oh, Ya Allah aku sampai lupa mengucap rasa syukur kepada-Mu. Betapa besar kasih sayang-Mu kepada anakku. Terimakasih Ya Allah, atas kemudahan yang Engkau berikan kepada Tabina dalam memahami secuil ilmu-Mu. Semoga Engkau selalu permudah dia dalam mempelajari agama-Mu hingga kelak menjadi salah satu bagian dari penegak risalah yang telah Engkau turunkan kepada Nabi-mu.


Hai, Tabina... jika suatu hari nanti kamu merasa lelah bacalah tulisan ibumu ini. Bahwa ketika kamu masih berumur 5.5 tahun telah berhasil berjuang dan tekun belajar. Kamu dilahirkan bukan sebagai orang yang mudah menyerah dengan keadaan. Meski berawal dari hal serba kekurangan dan penuh ketidakmampuan tapi darahmu adalah darah pejuang. Tidak pernah menyerah dan terus menyelesaikan semua tantangan. Aku adalah saksi saat kamu baru saja lulus dari balita. Awal masuk ke kelas TK A, teman-temanmu sudah mendapatkan kitab untuk mengaji. Sebagai tanda mereka telah memiliki start lebih awal darimu. Mereka telah memiliki bekal lebih banyak dari mereka. 


Kamu pulang dengan wajah sedih, karena teman-teman sudah berfoto dengan kitab dan kamu belum. Akhirnya, kamu tak merasa lelah untuk belajar dan mendapatkan kitab. Awalan, alfatihahmu pun masih berantakan, sedangkan ada temanmu yang sudah berbekal hafalan lainnya. Aku, ibumu sempat khawatir kamu akan tertinggal. Aku tak bisa meraba perasaanmu seandainya hal itu terjadi. Tapi, sekali lagi kamu menjunjukkan kegigihan. Setiap berangkat sekolah selalu semangat karena memiliki tujuan yang akan dicapai. Di rumah tetap mau murajaah...


Mungkin kamu akan bertanya, kenapa bisa Tabina yang anaknya ibuk dan bapak ketika masuk TK belum bisa apa-apa? Ada beberapa hal, Bin... Pertama, kamu pernah trauma saat belajar mengaji. Kami salah memintamu mengaji bersama teman-teman di desa kelahiran Ibuk. Datang pertama kali di majelis ilmu itu kamu langsung diminta untuk membaca Al Qur'an. Kamu hanya diam saja, karena memang belum bisa. Lalu disuruh pulang oleh guru ngaji pertamamu. Atau akan bertanya, kenapa bukan ibu? Aku tak ingin memaksamu, sebenarnya sudah di ajari tapi sering lupa. Musuhmu belajar adalah smartphone dan TV. Kedua benda itulah yang mendistorsi yang telah kamu pelajari.


Nak. aku percaya kamu adalah anak yang tidak akan mudah menyerah. Hanya sering ragu, dan kamu hanya butuh percaya. Saat nanti kamu butuh orang yang mempercai kemampuanmu datanglah pada ibu. 


Selamat berjuang Tabina, jalan panjang menuju Surga Allah itu tidak mudah maka mintalah Allah untuk meberikan kekuatan dalam melewatinya. 

Read More

Deforestasi di Indonesia

Hutan memiliki fungsi yang sangat penting bagi keseimbangan alam. Disana hidup beragam habitat baik flora maupun fauna. Selain sebagai rumah bagi mereka hutan juga sering disebut sebagai paru-paru dunia. Pemasok oksigen bagi bumi ini. Berbagai anomali cuaca di dunia ini ditengarai karena adanya alih fungsi hutan atau disebut dengan deforestasi. 

Di Indonesia sendiri sudah banyak hutan yang dibabat kemudian dijadikan lahan perkebunan atau perumahan. Belum lagi pembalakan hutan yang juga berakibat pada kondisi tanah. Deforestasi ini mengingatkan pada sebuah Novel yang berjudul Dunia Ana. Dalam novel tersebut diceritakan mengenai kondisi dunia di masa depan akibat perilaku manusia di jaman sekarang yang tidak dapat menjaga keseimbangan alam. Terlalu serakah mengambil apa yang ada di bumi tanpa berfikir anak cucunya di masa depan. Bukannya tidak mungkin apa yang diceritakan dalam dunia Ana mengenai punahnya habitat baik flora ataupun fauna setiap hari akan terjadi. 

Namun memang, seolah sangat sulit ketika ingin melawan pelaku deforestasi. Kenapa demikian? Karena tentunya kita masih perlu mengakui bahwa uang menjadi kuasa di atas segala sesuatunya. 

Ada baiknya, kita sekarang membahas mengenai hutan dan deforestasi di Indonesia. 

HUTAN DI INDONESIA
Wilayah di Indonesia yang merupakan kawasan hutan pada tahun 2022 menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah 62,97% dari luas daratan Indonesia. Angka ini menunjukkan bahwa hutan di Indonesia sangat luas. Bahkan lebih luas dari kawasan yang digunakan sebagai lahan perumahan penduduk. Akan tetapi, ternyata jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan luas hutan pada tahun 1984. Karena menurut data dari kementrian selama 36 tahun terakhir (1984-2020) terdapat pelepasan kawasan hutan seluas 7.3 juta hektare. Pelepasan kawasan hutan ini biasanya digunakan sebagai lahan perkebunan. Di Kalimantan dan juga Sumatra alih fungsi kawasan hutan ini biasanya digunakan sebagai perkebunan kelapa sawit. 

DEFORESTASI DI INDONESIA 
Menurut Wikipedia Penggundulan hutan, penebangan hutan, atau deforestasi adalah kegiatan menebang hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nonhutan, seperti pertanian dan perkebunan, peternakan, atau permukiman. Dari statistik Lingkungan Hidup tahun 2017 wilayah Indonesia yang paling luas mengalami deforestasi adalah pulau Sumatera, yaitu 47,5% dari total deforestasi. Kemudian diikuti oleh pulau Kalimantan dengan luas areal 34,3 persen dari total deforestasi. Penyebab luasnya deforestasi tersebut adalah adanya kebakaran hutan pada tahun 2015. 

Jika kita membuat list penyebab deforestasi adalah sebagai berikut
1. Bencana Alam
Bencana alam disini maksudnya adalah kebakaran hutan yang tidak disengaja oleh manusia. Karena faktor kemarau berkepanjangan sehingga banyak daun kering dan saat bergesekan menimbulkan percikan api. 

2. Perluasan Lahan Pertanian
Semakin bertambahnya jumlah populasi manusia maka kebutuhan akan makanam juga semakin meningkat. Maka salah satu jalan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan adalah pembukaan lahan pertanian. Akan tetapi, jika tidak hati-hati dalam pembukaan lahan ini malah akan menimbulkan dampak yang bahaya. Pernah terjadi ketika sekelompok masyarakat bermaksud membakar rumput agar luas lahan pertanian meningkat malah berakibat dengan kebakaran hutan yang sangat hebat. Bahkan asap tebal yang dapat mengganggu pernafasan. 

3. Ilegal loging
Para pelaku ilegal loging adalah orang yang tidak ingin susah. Mereka tidak mau menanam terlebih dahulu bibit pohon. Maunya langsung mendapatkan pohon dalam ukuran besar. Khilaf karena godaan uang akhirnya mereka mengambil pohon di hutan dengan tanpa ijin. Baik dari masyarakat adat maupun pemerintah. 

4. Pembukaan lahan baru untuk rumah
Pada jaman orde baru digiatkan untuk melakukan transmigrasi, dari pulau Jawa menuki pulau tertentu. Biasanya untuk para transmigran sudah disiapkan rumah untuk ditempati. Nah, lahan yang digunakan oleh para transmigran adalah hasi deforestasi. 

5. Pembukaan perkebunan dalam skala besar dan kecil 
Ini yang paling sering terjadi. Meski ijinnya ribet tetapi pada kenyataannya alih fungsi kawasan hutan banyak yang digunakan sebagai lahan perkebunan cukup luas. Seperti yang suda saya sebutkan di atas, padahal biasanya perkebunan itu adalah perkebunan kelapa sawit. Dimana sawit memiliki sifat menyerap air tanah, sehingga tanah yang sudah ditanami sawit akan cenderung berkurang tingkat kesuburannya. Dan tidak bisa ditanami oleh jenis tanaman lain. 

Alih fungsi hutan menjadi beberapa lahan lain tentunya sudah memiliki regulasi yang mengatur. Akan tetapi tetap saja ada oknum-oknum yang melanggar regulasi tersebut. Padahal dampak dari deforestasi sangat banyak dan bersifat global. 

Pertama, mengingat luas wilayah hutan di Indonesia adalah yang paling luas Mak deforestasi di Indonesia dapat berdampak pada pemanasan global. Suhu rata-rata bumi menjad meningkat sehingga es di kutub Utara mencair. Hal ini berakibat pada meningkatnya tunggu permukaan air laut. Setiap tahun permukaan air laut akan bertambah sekitar 1 meter. Jika ini dibiarkan bukannua tidak mungkin bumi akan menjadi tenggelam. 

Kedua, punahnya populasi flora dan fauna. Hutan menjadi tempat tinggal beraneka ragam hayati. Kerusakannya membuat mereka kehilangan rumah bahkan harus mati. Tak mengherankan jika sering kita dengar ada segerombolan monyet atau gajah yang menyerang lahan pertanian. Sebenarnya mereka tidak sedang benar-benar menyerang. Mereka hanya sedang mencari makan, karena tempat biasa mencari makan sudah tidak ada lagi. 

Ketiga, menurunnya kualitas udara. Lahan gundul akibat dari deforestasi juga dapat berakibat pada kualitas udara. Penggunaan kendaraan berbahan bakar bensin menyumbang CO2 yang sangat banyak. Dan hanya sedikit pohon yang menyerapnya, artinya akan banyak gas karbon dioksida yang berkeliaran dan mengganggu kualitas udara. 

Keempat, akan berdampak pada bencana lainnya. Misal tanah longsor dan banjir. Fungsi hutan juga dapat sebagai tempat penyerapan air. Ketika sudah tidak ada lagi maka dia bencana tersebut sudah ada di depan mata.

Mari kita jaga hutan kita sebagai warisan untuk anak cucu kita kedepan. Sayangilah hutan dan mari gerakkan menanam pohon dan merawatnya. Jangan sampai generasi setelah kita hanya mendapatkan kerusakan alam saja. 






Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.